Friday, January 27, 2012

GAYA PENGASUHAN NEGATIF PADA ANAK


Bagaimanapun semua orang tua ingin memiliki anak yang baik akhlaknya dan bagus karakternya. Tetapi ketika sang buah hati tidak sesuai dengan yang diharapkan, sebagai orang tua sebaiknya banyak mengintrospeksi diri. Karena, orang tua adalah pendidik anak yang paling utama dan pertama di lingkungan anak.
Banyak anak yang sebenarnya mereka baik, namun karena pengasuhan yang salah mengakibatkan anak berubah menjadi anak yang nakal. Jika sikap orang tua mencari faktor X penyebab anaknya rusak dengan menyalahkan lingkungan anak tersebut, sungguh itu tidaklah bijak. Benar demikian bahwa lingkungan luar berpengaruh terhadap pembentukan anak, tapi menurut Ibu Dr. Euis (Dosen psikologi pendidikan, UPI) lingkungan luar hanya berpengaruh sekitar 20% saja, sejatinya 80% karakter anak terbentuk berasal dari lingkungan sosial terdekatnya yaitu keluarganya sendiri. Jadi, sebelum melihat sekitar bercerminlah terlebih dahulu pada internal diri kita sebagai orang tua dalam mendidik anaknya.

Beberapa tipe/gaya pengasuhan negatif pada anak diantaranya adalah sebagai berikut:
1.         Memerintah
Orangtua berusaha mengendalikan situasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat, sehingga mereka banyak memerintah dan anak harus patuh padanya dan tidak punya pilihan. Misal, si anak banyak di tekan oleh orang tua harus begini dan begitu dan tidak melihat bagimana keadaan dan keinginan anak tersebut.
2.         Menyalahkan
Orangtua ingin memberitahu kepada anak tentang kesalahan mereka. Anak merasa tidak pernah benar dan dianggap tidak baik. Misal: ketika ada pertikaian dengan temannya hingga temannya celaka, orang tua langsung saja men-judge anaknya yang salah tanpa mendengarkan penjelasan mereka terlebih dahulu dan selalu menyalahkan anaknya jika ada hal buruk terjadi yang anaknya turut terlibat.
3.         Meremehkan
Orangtua ingin menunjukan ketidakmampuan anak, menunjukan orangtua lebih tau/benar. Anak merasa tidak berharga dan tidak mampu melakukan apapun. Misal ketika anak tidak biasa melakukan sesuatu, oarang tua sering berkata “begitu saja ngga bisa...”
4.         Mencap/melabel
Orangtua ingin memberitahukan kepada anak tentang kekurangan anak supaya ia berubah, anak merasa begitulah dirinya seperti yang dilabelkan. Contoh: kamu nakal, kamu bodoh dsb.
5.         Membandingkan
Orangtua ingin memotivasi anak dengan memberi contoh orang lain, anak merasa orang tua pilih kasih dan dirinya lebih jelek. Misal, ketika kakaknya selalu rangking 1 di kelas sementara adiknya tidak, adiknya selalu dibanding-bandingkan karena sesuatu kekurangan, bahkan selalu dibandingkan dengan orang lain sekitarnya.
6.         Mengancam
Orang tua ingin anaknya nurut/patuh dengan cepat, anak jadi sering merasa cemas/takut untuk alasan yang tidak jelas. Misalkan, untuk alasan yang sepele yang sebenarnya bisa dibujuk, orang tua malah mengancam dengan menakut-nakuti anaknya akan melakukan hal yang menakutkan bagi si anak.
7.         Menasehati/ceramah
Orang tua ingin anak tahu mana yang baik dan mana yang buruk, anak menilai orang dewasa terlalu bawel dan sok tahu, sehingga mereka bosan. Kadang orang dewasa selalu merasa dengan menceramahi anak akan langsung berubah seperti yang diinginkan, namun pada dasarnya, semakin banyak orang tua berceramah anak akan mengalami “kelebihan muatan” di dalam otaknya, dan membuat tidak suka terhadap orang tuanya.
8.         Membohongi
Orang tua ingin menyelesaikan masalah dengan gampang, anak merasa orang tua tidak dapat dipercaya karena selalu dibohongi oleh orang tuanya. Setiap kali anak mengadukan permasalahan orang tua selalu membohongi anaknya meski dalam hal sepele. Contoh terbanyaknya ketika si anak dalam usia golden age, kebanyakan yang muncul dari anak-anak adalah sikap kritis. Karena orangtua malas menjawab pertanyaan anaknya, ia terus membohongi anaknya dan ketika si anak recek tentu saja jawaban orang tua mereka salah. Maka pudarlah kepercayaan anak terhadap orangtuanya.
9.         Menghibur
Orang tua ingin anak tidak merasa sedih dan kecewa, supaya senang terus bawaannya. Anak jadi terbiasa lari dari masalah sulit menerima kenyataan yang ada karena orang dewasa yang selalu menyembunyikan kenyataan. Yang perlu didingat, Begitulah kehidupan kadang senang kadang sedih keduanya akan terus bergulir, namun jika hal buruk sedang menimpa sebaiknya anak mesti tahu apa yang sebenarnya terjadi agar mereka belajar tegar terhadap masalah.
10.     Mengkritik
Orang tua ingin anak memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kemampuan dirinya. Akibatnya, anak merasa selalu serba kurang/salah di mata orang tuanya. Wajar jika banyak orang tidak suka dikritik, karena pengkritik hanya melihat satu aspek yaitu kekurangan saja, maka anak pun demikian, mereka tidak suka juga dikritik apalagi yang bersifat menjatuhkan/tidak membangun.
11.     Menyindir
Orang tua ingin memotivasi dan mengingatkan supaya tidak mengulang kesalahan yang sama, dengan membalik pertanyaan, anak jadi sakit hati kepada orang tuanya karena sindiran yang diberikan.
12.     Menganalisa
Orang tua menduga penyebab positif/negatif anak ketika terliabat suatu masalah, supaya lain kali bisa mencegah agar masalah tidak terulang kembali sehingga anak menganggap orang tuanya sok pintar.
13.     Mengabaikan
Bisa dengan cara tidak mau mendengar apapun yang diungkap anak atau dengan mengisolasi anak dalam ruang tertutup sebagai suatu hukuman. Anak-anak menjadi tidak suka terhadap orang tuanya.
14.     Menyakiti fisik
Bisa berupa pukulan/cubitan atau apapun yang ternyata meski tidak meninggalkan bekas di tempat yang disakiti, tindakan ini akan menggurat luka di hatinya dan bahkan mungkin tidak akan hilang seusia hidup, tanpa maaf dan keinginan darinya untuk berdamai dengan luka itu.

Itulah beberapa gaya pengasuhan anak yang negatif. Maksud “gaya” adalah sikap dominan orang tua dalam mengasuh anaknya, tentu saja ada saat-saat tertentu orang tua harus mengambil sikap salah satu di atas dalam menghadapi anak. Namun ingat, tidak kebablasan. Sehingga tidak menjadi sifat dominan dalam mendidik anak.

Sebuah puisi indah dari Dorothy Law Nolte mengenai pendidikan anak:
 Jika anak hidup dengan rasa bangga, dia akan belajar menghargai
 Jika anak hidup dengan kritikan, dia akan belajar untuk menyesali
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
 Jika anak hidup dengan penuh kejujuran, dia akan belajar untuk berkata benar
 Jika anak hidup dengan kekerasan, dia akan belajar untuk berkelahi
 Jika anak hidup dengan penuh keterbukaan, dia akan belajar keadilan
 Jika anak hidup dengan berbagi, dia akan belajar kebaikan hati
 Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
 Jika anak hidup dengan toleransi, dia akan belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, dia akan belajar menemukan cinta dan keadilan.

Sumber:
Inayati, T. (2011). Komunikasi positif dan Efektif dengan Anak. Makalah Seminar Kegiatan Kelompok Kerja Guru TK

No comments:

Post a Comment