Friday, November 25, 2011

Peramal Jalanan


Sebuah kejadian yang cukup ironis yang membuat saya menuangkan tulisan mengenai salah satu pengalaman di Bandung. Pada saat itu, malam hari ba’da isya, saya keluar rumah karena udzur yaitu dalam keperluan membelikan titipan orangtua yang akan dibawa pulang besok pagi. Ternyata kehidupan malam di daerah tempat tinggalku (kebon kalapa) lebih tidak sedap di pandang mata daripada keruwetannya di siang hari. Di sepanjang trotoar jalan dari mesjid raya Bandung  menuju kostan, saya bertemu banyak sekali penjual yang hanya berjualan di waktu malam, dari mulai berjualan barang dan jasa yang halal maupun yang haram cukup lengkap.
Di sela kepadatan dan gelapnya malam, cahaya remang-remang di salah satu kios membuat saya sedikit penasaran mengenai dagangan yang sedang dijual disana. Ketika saya berjalan lambat melewatinya, tiga dari salah satu pedagang itu menyapa, “Silakan mau dilihat keberuntungannya, neng? Sepertinya neng bernasib baik..”. langsung saya refleks beristighfar dan saya acuh meninggalkan mereka. Ya itulah, seorang pedagang jasa setan, yang memberikan tipuan kata-kata yang manis kepada pembelinya. Dan yang mengerikan, pedagang demikian tidak hanya satu, di sepanjang trotoar itu terdapat  lima kios sejenis yang berjarak sekitar 50 meter satu sama lain.
Saya begitu heran, mengapa ada yang percaya kepada mereka, sehingga mereka bertahan berjualan jasa seperti itu. Sempat saya bertanya kepada anak-anak kost mengenai peramal tersebut, dan mereka pun menuturkan benar demikian bahwa pedagang tersebut mengatakan hanya hal-hal baik sehingga konsumen merasa bahagia, kemudian jika ada yang kebetulan sama persis dengan apa yang dikatakan oleh peramal tersebut  biasanya akan datang kembali karena percaya dengan kata-kata tukang ramal tersebut yang mereka anggap manjur dan bertuah.  Ongkos jasanya pun tidak sedikit, mereka merogoh kocek sekitar 20.000-50.000,- untuk sekali diramal. Bahkan katanya mereka sudah punya pelanggan tetap. Maka dari itu, mereka tetap eksis berjualan disana hingga saat ini.
Saya kira dengan kemajuan teknologi  orang-orang sudah mulai berfikir realistis dan tidak percaya terhadap ramal-meramal. Tapi ternyata memang tidak begitu, sudah menjadi sunnatullah, maksiat akan senantiasa ada hingga nanti matahari terbit dari sebelah barat. Lantas, bagaimanakah hukum islam memandang perbuatan ramal-meramal seperti itu? Bolehkan kita datang ke tukang ramal untuk meminta diramal?
Imam Muslim dalam shahihnya, meriwayatkan dari salah seorang isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
 Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, lalu menanyakan sesuatu perkara kepadanya, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari (H.R. Muslim no  4137) 1
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi bersabda:
من أتى عرافا أو كاهنا فصدقه بما يقول، فقد كفر بما أنزل على محمد
Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. (H.R. Abu Dawud no 3405, at-tirmidzi no 125, dan Ibnu Majah 631)2
Dari ‘Imran bin Hushain Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ ، أَوْ تُطِيَّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ ، أَوْ تُكِهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ ، أَوْ سُحِرَ لَهُ وَمَنْ عَقَدَ عُقْدَةً أَوْ قَالَ : مَنْ عَقَدَ عُقْدَةً ، وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ - صلى الله عليه وسلم -.
Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan atau menerima Tathayyur, meramal atau diramalkan untuknya, menyihir atau diminta disihirkan. Dan barangsiapa yang mendatangi tukang ramal lalau mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam (Riwayat al-Bazar dengan isnad jayyid secara marfu no. 3578) 3
Al-Baghawi berkata, “العرف   (al-‘Arraf—orang pintar--) ialah orang yang mengaku tahu dengan menggunakan isyarat-isyarat untuk menunjukan barang curian atau tempat barang hilang atau sebagainya, sementara الكاهن (kahin—dukun--) adalah orang yang memberitahukan perkara-perkara yang akan terjadi di masa datang dan ada pula yang mengatakan ‘kahin adalah orang yang memberitahukan apa yang tersimpan di dalam hati seseorang”
Sementara menurut Ibnu Abbas Ibnu Taimiyah, “al-Arraf adalah sebutan untuk tukang ramal, tukang nujum, peramal nasib dan yang sebangsanya, yang menyatakan tahu tentang perkara-perkara (yang tidak diketahui oleh orang lain) dengan cara-cara tertentu.” 4
Dari dalil yang telah dikemukakan di atas, jika tujuan seseorang hanya iseng mendatangi peramal, meskipun nantinya tidak akan mempercayainya, maka shalat orang yang meminta ramal tersebut tidak akan diterima selama 40 hari, sementara jika memepercayainya maka termasuk dosa besar dan suatu kekufuran.
Maka dari itu, janganlah sampai terbesit oleh kita sedikitpun untuk penasaran apa ramalan untuk kita dengan bertanya kepada peramal. Dan perlu kita waspadai, peramal di era modern saat ini mengikuti arus perkembangan teknologi yang dibuat sangat familiar bagi masyarakat umum. Sayangnya, hanya sedikit orang yang tahu bahwa itu adalah perbuatan syirik. Kita menemukan ramalan di koran, acara TV, radio dan merambah di dunia maya, masuk ke jejaraing sosial serta iklan SMS menyerukan apa keberuntungan kita. Maka pastikan kita bersikap waspada, janganlah kotori hati kita dengan kemaksiatan kepada-Nya. Sungguh percaya pada peramal adalah kesyirikan yang nyata. Bertawakallah kita pada-Nya, berhusnuzhan di setiap keadaan, setiap keadaan yang dilalui manusia kadang tak selamanya mulus, maka biarkanlah kita menghadapinya, janganlah takut kita tidak beruntung, biarlah keberuntungan yang sebetulnya telah dirizkikan kepada kita menjadi kejutan tanpa perlu menyekutukanNya. Wallahu a’lam.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk kita semua. Kita berdoa kepada Allah agar kita diberikan kefaqihan, taufiq serta Hidayah oleh Allah Ta’ala untuk senantiasa memurnikan beribadah hanya kepada-Nya tanpa kesyirikan sedikitpun. Mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan. Saran dan nasehat saya harapkan.
Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush shalihat.
Diselesaikan pada hari jum’at 21 Oktober 2011 di siang hari yang sangat panas, sebuah kota indah nan kaya di dekat sungai Mahakam, Sangatta, Kalimantan Timur.
Rujukan:

  1. Shahih Muslim 11/273, maktabah syamilah
  2. Sunan Abu Dawud 10/410, Sunan Ibnu Majah 2/302 dan Sunan at-Tirmidzi 1/229. Maktabah syamilah
  3. Musnad Al-Bazar 2/30, Maktabah Syamilah 
  4. Al-qaulu asy-syadid syarah kitab at-tauhid hal 102.

No comments:

Post a Comment